Sabtu, 10 April 2021

Dilema Menambah Buah Hati

Kemarin sempat ngobrol dengan suami untuk memiliki keturunan lagi, berarti anak ketiga dong ya? Karena alhamdulillah kami sudah dikaruniai 2 orang putra. Lalu, suami sih mau jika diberikan oleh Allah anak ketiga begitupun dengan si sulung. 

Tapi, inilah perbincangan menarik kita. Saya sampaikan keraguan saya. "Aku sih juga mau Mas, tapi masih ragu. Aku tuh mikirnya nanti ketika bos bos kamu pensiun, bagaimana dengan perekonomian kita? Bagaimana menghidupi anak-anak? Kasihan sama kakak juga harus mengemban tanggung jawab besar, padahal dia masih anak-anak juga. Aku pun memikirkan Tsabit (anak kedua kami yang masih berusia 2.5 th). Kalau kita punya anak lagi, berarti Tsabit harus sudah mandiri dong? Pipis sendiri, dan dia kan protektif banget sama aku. Jadi itu Mas yang masih aku pikirkan." 

"Iya sih, Tsabitnya harus kita buat mandiri dulu. Kasihan juga si kakak kalau Tsabit belum mandiri, nanti kakak yang kita repotin. Padahal dia masih anak-anak belum waktunya untuk memiliki rasa tanggung jawab besar mengurus adiknya."

Adakah yang memahami makna obrolan kami di atas? 


Ya, kami menyimpulkan, jika memang kami ingin menambah anggota baru dalam keluarga kami, berarti kami harus menyiapkan semuanya, membuat kesepakatan antara keluarga, "memang siap memiliki anggota baru", tidak hanya ayah ibu, tapi anak-anak pun juga harus kami persiapkan. Memang, si kakak mau punya adik lagi, tapi Tsabit si bungsu belum mau posisinya terganti. 

Disamping itu, kami juga menyiapkan kebutuhan si kakak-kakaknya, menyiapkan kemandiriannya, menyiapkan dirinya untuk berbagi perhatian. Ya, berbagi perhatian, karena tidak mungkin kita akan fokus lagi kepada si sulung dan si tengah, tapi ketika ada si bayi, kami akan terbagi perhatiannya.

Hal ini pun bukan soal saya tidak percaya akan rezeki dari Tuhan. Memang semua anak sudah dipersiapkan rezekinya. Tetapi kurun waktu 4 tahun kedepan bos-bos suami sudah pensiun, lalu kami mengukurlah segi perekonomian kami sampai mana mampunya? Tidak hanya soal makan dan sandang, tetapi kami juga berpikir untuk menyekolahkan buah hati kami di tempat yang terbaik. 

Berbeda mungkin jika belum memiliki buah hati sama sekali, karena hal tersebut yang dinanti. Tetapi, jika sudah memiliki buah hati, maka melakukan jeda antara buah hati perlu dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi. Baik pil, IUD, atau kondom. 

Memberikan jarak bagi buah hati sangat penting. Jangan hanya melihat usia orang tua produktif lalu mengejar jumlah buah hati. Tetapi menjaga jarak dan menyiapkan buah hati lalu meminta agar diberikan amanah kembali, nampaknya itu lebih bijaksana. Karena, tidak hanya kita, tetapi ada buah hati yang terlahir lebih dahulu untuk kita penuhi kantong cintanya serta menyiapkan kemandiriannya. 




Love
Untuk orangtua bijaksana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar