Selasa, 21 Juli 2020

Cerita VBAC yang gagal

Assalamualaikum Wr Wb Salih/Saliha


Wellcome back to My blog, kali ini gw mau bahas VBAC, Vaginal Birth After C-section. 

Artinya melahirkan secara normal pada ibu yang sebelum melakukan persalinan C-section.  

Gw mau cerita tentang pengalaman gw yang mau VBAC. Namun, gagal, hiks hiks..

Awalnya berpikir kalau kelahiran kedua ini harus SC lagi yasudah, memang itu takdirnya, toh sebekumnya juga SC dan jarak kehamilan cukup dekat, ditambah bidan serta dokter yang menangani gw menyarankan SC lagi, karena takut robek rahim. 

Awal kehamilan kedua ini, gw sempat mencicipi dokter sana sini, awalnya ke dokter Ivander, beliau bilang tidak ditemukan tanda-tanda gw hamil, meskipun gw sudah membawa tespek, runtuhlah hati gw mak. Coba lah keesokannya di Bidan Angga dekat dari rumah, Alhamdulillah kali ini ditemukan kantung kehamilan memasuki 6 minggu. Wohoo bahagia bener gw mak. 

Masuk di bulan keempat gw coba ke dokter Ismail, nah, beliau menganjurkan persalinan SC nantinya. Gw sih mangguk saja ya, meski laki gw nanya emang gak bisa normal dok? Beliau bilang kecil kemungkinan, karena jarak antara kakak beradik ini dekat, lalu bayinya di usia 4 bulan sudah 1900gram, jadi lebih baik SC. 

Gw perhatiin laki gw pengen banget cin gw lahiran normal. Lanjut beberapa minggu kemudian, gw balik lagi ke Bidan Angga, kontrol seperti biasa (gw tipe ibu hamil yang dikit-dikit bolak balik kontrol. Karena mau lihat si bayi). Laki gw nanya lagi tuh, istri saya bisa lahiran normal nggak ya bu? Sama jawabannya dengan dokter Ismail. Tidak kali ini ada tambahan jawaban, karena minua mata gw tebal sekali jadi takut gw buta nantinya. Okehlah. 

Gw kok ngelihat laki gw segitunya ya, sudah mau anak cewe ternyata bayi di perut gw cowo, sampe make sure dokter Ismail pas USG. Dia juga pengen gw lahiran normal. Okelah, gw coba beranikan diri untuk siap melahirkan normal, meskipun gw takut banget sama rasa nyerinya, vagina di gunting, mulasnya, dan proses ngedennya, aduh makk gw takut.  

Akhirnya gw lagi iseng search dokter kandungan daerah Ciputat kalau nggak salah, lalu malah ketemu review VBAC dari seorang bloger wanita, dan beliau memakai dokter Riyana. 

VBAC? Apa sih? Awalnya gw nggak tahu tentang VBAC. Gw baca, dan lihat review dokter Riyana Kadarsari, nampaknya okeh nih dokter. Cobalah di bulan ke lima untuk kontrol dengan beliau. Dokternya wanita yang mungil ini sangat sabar, sangat santai, informatif juga say. Amazingnya beliau bilang gw bisa lahiran normal. 

Laki gw langsung bilang, udah sama dokter Riyana saja nanti lahirannya. Orangnya juga tidak menakut-nakutkan pasien. Oke pak bos.

Setiap bulan kita kontrol dengan dokter Riyana Kadarsari, sampai hari perkiraan lahir, perkiraan tanggal 18 Mei namun si dede masih betah di dalam perut gw. Dokter pun bilang, kita tunggu sampai mulas ya. Saat itu lagi bulan puasa. Dan baru minggu kemarin kontrol, keesokan minggunya gw mulai mulas. Di minggu 39, mana rumah gw di Parung Bogor, gw harus ke rumah sakit daerah Ciputat, suami kerja pula, gw order taksi daring sambil beboyong si sulung. Supir taksi tahu kalau gw lagi mulas, dia melihat gw meringis kesakitan. Tak pikir panjang, pak supir pun melaju dengan kecepatan tinggi. Sampailah di RS, suami sudah menunggu di lobby RS. Kita menuju ruang bersalin, CTG, dan hasilnya masih kontraksi palsu. 


Oke kita kembali pulang. Memasuki minggu ke 40 lebih beberapa hari, tepat di hari Kamis, jadwal kontrol, di cek dalam oleh dokter sudah pembukaan satu, memang saat itu gw lagi mulas tapi sesekali, gw yang hamil, yang antar banyak coy, nyokap, bokap, anak sulung gw, suami sudah pasti ya. 

Meski sudah pembukaan satu, gw di suruh pulang sama dokter. Oke biar tidak jauh, kita coba stand by di Pamulang, rumah nyokap gw. Jumatnya gw cek lagi ke puskesmas Pamulang, apakah pembukaan nambah? Ternyata tidak. 

Sabtunya, gw beraniin diri buat pulang ke Bogor. Sesampainya di rumah gw, pas gw lagi buang air kecil, ternyata ada bercak darah di celana dalam gw. Waduh happy dong, gw pikir sebentar lagi akan melahirkan. Oke, balik lagi ke rumah nyokap di Pamulang, sorenya. 

Sabtu malam perut makin mulas coy, gw gak bisa tidur, gw cek pakai aplikasi, sudah lima menit sekali. Laki gw sahur sama nyokap bokap, gw coba buat tidur, karena semalaman gw gak bisa tidur. 

Oke, minggu jam 05.00 karena semakin kencang mulasnya dan sering, cuss lah kita bertiga dengan taksi daring. Gw, suami, dan si sulung yang kita angkat saat masih pulas.

Sesampai di RS gw di CTG, sudah semenit sekali untuk mulasnya, dan sempat rahim gw di putar sama suster VK, karena kata dia pintunya ketutup lagi, alhasil gw teriak dong, tangan si suster masuk ke vagina gw, rahim gw di putar, lalu darahlah keluar, seperti orang mens. Setelah itu gw di suruh tunggu dan main gym ball. Mana sendirian, laki gw main di bawah sama si sulung.

Suster izin untuk telepon dokter Riyana, ya untuk memberikan informasi tentang perkembangan gw. Gw pun di kasih pilihan mau observasi di RS dg menyewa kamar inap atau di rumah? Laki gw langsung memilih di rumah saja. 

Sesampainya di rumah, rasa mulas hilang, darah yang tadinya seperti orang mens berhenti. Hemmm.... Dokter meminta gw besok pagi datang ke klinik dia di kawasan Bintaro. Okelah dok..

Keesokan harinya, Senin pagi, nyokap, bokap, gw, suami gw, dan sulung gw meluncur ke klinik BWCC kawasan Bintaro. 

Di reseptionis gw ceritakan masalah gw, karena notabennya gw belum daftar, seharusnya buat pasien daftar itu seminggu sebelum kontrol. Okeh, privillage dong, langsung masuk ruang bersalin, kita CTG, detak jantung bayi gw melemah, gw di suruh makan atau minum, mungkin bayinya kekurangan oksigen. Setelah minum, gw coba CTG lagi, tapi mulasnya gak datang-datang, kalaupun datang hanya tiga kali dalam sejam. 

Akhirnya dokter Riyana datang, dan gw langsung masuk ke ruangannya, di USG, ketuban gw sudah keruh, detak jantung bayi sudah melemah, di lihat, kepalanya sudah masuk vagina, namun karena bobotnya melebih normal, dia nyangkut, alhasil bayi gw kesulitan untuk keluar. 

Dokter memberikan pilihan, mau SC atau induksi? Kalau induksi khawatir robek rahim. Akhirnya kita memilih untuk SC. 

Keluar kamar doktee, gw langsung cek darah, persiapan melahirkan, dan harus melahirkan di RS dokter praktek di kawasan Ciputat. Yasudah kita dari Bintaro ke Ciputat dengan ambulans dari BWCC. 

Sesampainya di RS Hermina Ciputat, langsung di dorong memakai kursi roda ke ruang oprasi. Pukul 16.00 proses persalinan secara SC berlangsung, pukul 16.25 bayi gw keluar. Dengan panjang 51 cm berat 3.982 kg. Pantes aja dia nyangkut di pundaknya, ya wong besar banget, gw aja pas IMD engap. 





Gw sih gak menyalahkan dokter, kenapa harus nunggu-nunggu, kenapa gak dari awal memutuskan SC, kan gw mau coba dan keberulan dokter Riyana pro normal. Gw masih bersyukur bayi gw selamat lahir di usia 41 minggu, dia sudah mau bertahan dari hari Kamis minggu 40 sampai Senin di minggu 41. 

Kamu anak hebat dek, terima kasih telah menemani Manda kemanapun pergi, terima kasih telah berjuang bersama. Kakak dan suamiku terima kasih telah mensupportku.



Love love love..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar